Minggu, 13 Juli 2014

Resensi Novel Kawin Kontrak


Judul                : Kawin Kontrak
Penulis             : Tita Rosiati
Penerbit          : Gagas Media
Tahun              : 2008
Tebal               : VI +170







Buku setebal 170 halaman ini berkisah tentang tiga murid SMA yang baru lulus sekolah. Mereka adalah Rama yang diceritakan sebagai seorang playboy, teguh pada pendirian dan yang pasti sifat khas playboy yaitu pandai merayu. Juga ada si Dika yang bersifat tidak mudah putus asa dan juga menyimpang dari kebiasaan umum, seperti saat kelulusan dia menghadiahi kekasihnya sebuah cambuk yang biasanya digunakan oleh penderita Sadomasokis. Dan  Jodi  si pemburu ibu – ibu.

Jodi, Rama, Dika pergi ke Desa Sukasararean untuk melakukan kawin kontrak. Mereka bertemu dengan Kang Sono yang akan mengurus kawin kontrak mereka selama di Desa Sukasararean. Mereka di ajak keliling kampung oleh Kang Sono untuk memilh calon mempelai wanita yang akan mereka kawini.

Belum selesai mereka mengelilingi Desa Sukasararean, Dika langsung menjatuhkan pada seorang gadis cantik lagi seksi tapi jutek yang bernama Rani. Sambil menelan luda, Dika bertanya pada  Kang Sono apa Rani bisa di kawin kontrak, Kang Sono menjawab Rani bisa di kawin kontrak. Kang Sono memanggil Rani apakah Rani bersedia untuk kawin kontrak dengan Dika, Rani menjawab bisa.
Jodi juga tanpa basa basi langsung menjatuhkan pilihan pada Euis. Selain mempunyai body aduhai Euis juga termasuk kawakan dalam hal kawin kontrak, dia juga mempunyai seorang anak yang bernama Joni. Tidak tahu siapa bapaknya, Joni lebih mirip orang arab dibanding orang sunda seperti ibunya.

Seluruh desa hingga pelosok sudah di pantau, tapi Rama belum juga menemukan mempelainya. Sesampainya dia di rumah Bu Aan tempat tinggalnya selama kawin kontrak, tiba – tiba turun gadis cantik dengan anak kecil yang nampak pucat sepertinya mereka baru pulang dari puskesmas. Gadis cantik tesebut bernama Isa, sontak saja Rama ingin  kawin denganya. Kang Sono menolaknya karna Isa sudah di jodohkan bos minyak dari arab, bernama Fahri al Farikh.

Setelah kawin Jodi tinggal di rumah Euis, Dika tinggal bersama Rani, Rama tetap tinggal di rumah Bu Aan, pada malam pertama Dika gagal total dia di kunci di kamar mandi dan di tinggal pergi oleh Rani membeli kecap. Jodi juga gagal pada malam pertamanya.

Suatu hari Rama jalan – jalan, dia melihat Isa di sebuah empang. Dia pun menjalankan strateginya untuk mendekati Isa. Rama pun bicara panjang lebar dengan Isa. Setelah berbincang dengan Isa dia tahu bahwa empang tersebut sebelumnya milik ayah dan ibu Isa yang sudah meninggal, namun di jual untuk membayar hutang.

Hari pernikahan Isa pun telah di tentukan. Rama yang tahu hal tersebut langsung bertindak cepat. malam harinya dia pergi kesamping  kamar Isa lewat jendelah dia mengutarakan isi hatinya, Isa tidak menanggapinya.

Rama jalan – jalan ke sawah, saat dia sedang duduk termenung di tepi sungain tiba-tiba seorang bu-ibu menepuknya dari belakang, Rama kaget. Ibu tersebut yang ternyta bernama Mak Enay. Setelah berbicara panjang lebar sampailah pada topik anak Mak Enay yang melarikan diri. Mak Enay bercerita bahwa anaknya yang di nikahi Fahri al Farikhkab melarikan diri karena suatu hal, Mak Enay tidak menjelaskan panjang lebar. Dia hanya berkata bahwa Fahri al Farikh tidak menepati janji pada anaknya yang akan di beri kehidupan yang enak.

Sontak setelah mendengar cerita dari Mak Enay, malam harinya Rama langsung menemui Isa. Dia menjelaskan apa yang di dengarnya dari Mak Enay pada Isa, Isa pun tidak percaya pada apa yang di bicarakan Rama. Karena ada seseorang yang mendekat Rama pun pergi, takut ada apa- apa.

Hari pernikahan Isa semakin dekat. Rama mencoba menjelaskan lagi pada Isa, bahwa Fahri al Farikh tidak seperti yang di anggap orang- orang Sukasararean sebagai orang baik. Isa menjawab pernyataan Rama tentang Fahri al Farikh dengan mengatakan bahwa Fahri al Farikh bisa menjamin adik dan hidupnya di banding  jika kawin denga Rama yang hanya sebatas kawin kontrak. Mendengar pernyataan Isa, Rama pun putus asa.

Melihat besok adalah hari pernikahan Isa, Rama tidak tidur. Dia memikirkan apakah harus di perjuangkan cintanya atau pergi sebagai pecundang.

Pada hari pernikahan Isa, Rama pun memutuskan untuk pulang. Dia berpamitan pada kedua sahabatnya dan minta untuk di antar ke terminal. Pulang dari terminal kedua sahabat Rama, Jodi dan Dika mampir di warung Mak Enay. Mak Enay bercerita pada Jodi dan Dika tentang anaknya. Mendengar hal itu Jodi dan Dika memutuskan menjemput Rama untuk tidak jadi pulang ke kota dan merencanakan membatalkan pernikahan Isa dengan Fahri al Farikh.

Rama yang sudah naik ke bus akhirnya  mengurungkan niatnya,setelah di bujuk Jodi dan Dika. Mereka bertiga kembal mengatur rencana penggagalan perrnikahan Isa. Dika bertugas menangkap Fahri al Farikh dan Jodi bertugas mengkoordinasi ibu – ibu untuk memangsa si Fahri al Farikh.

Rencana tidak berjalan mulus Dika yang bertugas menangkap Fahri justu gagal. Jodi pun bertindak. Bagai Singa yang lapar ibu- ibu memukuli Fahri al Farikh yang sebenarnya bernama Udin Petot atau Udin Karo warga Tanah Abang. Dia seorang human trafficking.

Akhirnya Isa tidak jadi menikah dengan Fahri al Farikh dan Isa bersedia menunggu Dika sampai lulus kuliah.

Penilaian saya :
Novel ini mempunyai beberapa kelemahan bahasanya yang lebih bersifat ke daerahan seperti  “jadi hayang gaura balik”, “ema hariwarang”, “jurig” dan juga penggunaan bahasa asing yang berlebihan seperti  “its, happy ending finally”, “heartbreaker”. Mungkin kalau bahasa asing masih bisa di pahami  tetapi bahasa daerahnya sulit dipahami. Bila pembaca hanya dari bahasa daerah tersebut berasal tidak masalah, tetapi novel ini  dijual di seluruh Indonesia. Bahasasnya berputar – putar sehingga sulit untuk di pahami. Penggambaran karakter utama kurang kuat, karena lebih berkutat pada kehidupan sehari – hari tokoh Jodi, Rama, Dika. Penggunaan kata juga terlalu vulgar seperti “Nge Ceng”, “Sextoys”.

Sebaliknya novel ini sangat layak bagi mereka yang sedang mencari hiburan karena novel ini sangat menonjolkan unsur humor. Selain itu novel ini menyajikan alur cerita yang sangat menarik, sehingga membuat pembaca penasaran. Dan juga bisa belajar bahwa kita jangan sekali kali berputus asa. Karena semua itu butuh perjuangan dan pengorbanan selain itu kita jangan sekali – kali menghianati kepercayaan seseorang, karena bila seseorang sudah di khianati maka akan sulit mengembalikan kepercayaan pada kita.

Novel ini sangat layak untuk di baca bagi mereka yang mengalami kejenuhan dan kebosanan karena sangat menghibur. Namun novel ini tidak layak untuk di baca anak kecil kerena unsur di dalamnya terlalu vulgar, namun bila sudah membaca cukup di nasehati agar mereka jangan seperti Jodi, Rama, dan Dika.

TARI INDANG BADINDING

Bismillahirrahmanirrahim .
Assalamualaikum Wr. Wb.

   Pada kali ini saya akan menjelaskan tentang sesuatu yang mengenai tarian Indang Badinding. Kebetulan pada saat itu saya mendapat tugas mengenai perkuliahan bermuatan softskill untuk mempraktekkan gerakan tari serta menjelaskan arti dari tarian itu sendiri.

   Tari Indang merupakan salah satu kesenian tari yang berasal dari minangkabau. Etnik minangkabau menyimpan banyak kekayaan tradisi lisan. Asal usul tari indang adalah dari kata Indang atau disebut juga badindin, salah satunya. Tarian ini sesungguhnya suatu bentuk sastra lisan yang disampaikan secara berkelompok sambil berdendang.
Sejarah Asal Usul Tari Indang Badinding:

    Kesenian tari indang tadinya bertujuan untuk keperluan dakwah islam. Itu sebabnya, sastra yang dibawakan berasal dari salawat nabi Muhammad atau hal-hal bertema keagamaan. Indang berkembang dalam masyarakat traditional Minangkabau yang menghuni wilayah kabupaten Padang Pariaman.



   
     Tari indang selalu dipentaskan setiap kali diadakan upacara tabuik – upacara yang dilakukan masyarakat Minang dalam rangka memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad setiap tanggal 10 Muharam. Tari indang diciptaan oleh Rapa’i. Rapa’i merupakan pengikut setia Syekh Burhanuddin – seorang tokoh terpandang yang selalu memperingati upacara tabuik di Minang.
Gerakan
       
       Gerak tari indang menggunakakn aktifitas atau kegiatan masyarakat setempat dalam penyiaran agama Islam yang telah dituangkan melalui gerakan yang sederhana dan berulang-ulang serta mudah ditiru. Adapun gerak-gerakan itu adalah:
 
a. Sambah
b. Golong-golopng
c. Alihan lagu
d. Alihan kanan 

Penari
    Pertunjukkan tari dapat dihayati melalui penari yang memiliki keterampilan dalam melalukan gerakan tari baik secara fisik maupun ekspresi. Keterampilan secara fisik dan ekspresi juga di dukung oleh bakat dan daya ingat yang tinggi. Tari indang pada acara Enstensend (Ensembel ’10 Sendratasik) ditarikan oleh  7 orang penari perempuan yang memiliki keterampilan dalam melakukan gerakan. Teori Indang ini menggambarkan tentang penyiaran agama Islam yang masuk ke Sumatera Barat.
 
Iringan Musik

      Iringan musik yang terdapat pada penampilan tari Indang dalam acara Enstensend ini bisa menghidupkan suasana yaitu suasana gembiran. Karena suara musik yang mengiri penampilan tari Indang ini diiringi oleh musik-musik okestra.

 Demikian penjelasan dari saya mengenai tarian Indang Badinding yang saya ketahui, terimakasih telah membaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata kata yang saya sampaikan.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.