Tidak disangka virus batu akik masuk kedalam jiwa saya, yang dulunya tidak berarti apa-apa dan tidak menginginkannya masuk hidup saya akhirnya kini menjadi dambaan saya. Awalnya hanya iseng melihat teman yang memakai batu cincin dijari-jarinya tersebut. Entah mengapa lama kelamaan saya mengidam-idamkan untuk mempunyai sebuah batu seperti itu.
Hari berlalu, makin banyak informasi yang saya dapat mengenai batu tersebut dan akhirnya saya punya batu cincin yang berasal dari pemberian teman saya. Perawatan demi perawatan saya ikuti, dari menggosoknya dengan kain, bambu atau merendam dalam air.
Teknik merendam dalam air pun ternyata tidak sembarangan, banyak orang beranggapan salah dengan merendamnya sepenuhnya tanpa diimbangi dengan kegiatan lain. Menurut survey yang ada, batu terdiri dari serat serat seperti tumbuhan. Misal terdapat lumut di dalamnya yang memang hidup secara alami. serat lumut tersebut berfungsi sebagaimana lumut yang kita kenal saat ini. Maka dari itu penjelasan tersebut mengungkapkan kenapa batu yang kita kenal seperti batu hidup, dapat berubah ubah warna atau menyerap dan melepas energi.
Karena sudah diketahui inti dari batu itu sendiri, teknik merendam batu juga dilakukan beberapa proses, kata orang ada yang direndam dengan alkohol. Haha, entah teori dari mana, bukankah dengan merendamkan batu dan alkohol justru merusak serat dari batu itu sendiri dan juga bisa membuatnya mati. Teknik merendam batu tidak usah aneh aneh, cukup dengan memberi air setengah badan batu. Mengapa setengah badan? tadi dijelaskan bahwa batu seperti tumbuhan hidup, jika terlalu banyak air maka tumbuhan akan mati, begitupun batu. Itu teori yang saya dengar dari orang yang mengajarkan saya dan saya menganggapnya masuk akal. Setelah merendam setengah badan, biasanya hal ini dibarengi dengan penjemuran dibawah sinar matahari, karena jika air, batu dan matahari bertemu, akan menghasilkan proses penguapan lagi, dimana kapur kapur dalam batu dapat terangkat,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar